Human Lie Detector: Bagaimana Mendeteksi Kebohongan?
Masih ingat? Januari 1998, Presiden Amerika waktu itu, Bill Clinton tampil dengan muka marah. Dan di depan televisi, Bill Clinton berkata “Saya mau ngomong satu hal kepada Amerika. Saya mau kamu dengarkan saya. Saya tidak mau mengatakannya lagi. Saya tidak punya hubungan seks dengan wanita itu. Saya tidak pernah bicara bohong. Tidak sekalipun. Sekarang saya ingin kembali kerja!” Namun, investigasi kemudian membongkar aib-nya bersama Monica Lewinski. Dan terpaksalah pada Agustus 1998, dengan wajah lebih rileks, Bill Clinton bicara lagi. Kali ini, ia mengakui semua kesalahannya termasuk mengaku bahwa ia telah berbohong.
Sebenarnya, dalam ilmu membaca kebohongan, ada petunjuk yang bisa membuat harus mulai curiga dengan kebenaran yang diungkap oleh Bill Clinton sejak pertama kali. Salah satu petunjuk itu adalah penekanan Clinton untuk mengatakan bahwa ia tidak berbohong. Dalam ilmu kebohongan dikatakan, “Jika orang berusaha keras untuk menungkapkan bahwa dia berbohong, maka biasanya orang itu sedang berusaha berbohong”.
Lantas, mengapakah orang berbohong? Paling tidak ada 6 hal yang melatarbelakangi mengapa orang berbohong. Pertama adalah kebohongan karena disengaja, untuk menciptakan kesan tertentu. Misalkan saja, seorang doker yang baru bekerja tetapi tidak ingin kelihatan terlalu muda, ditanya pasiennya “Sudah kerja berapa lama praktek?”. Lantas, si dokter ini menjawab, “Ya, udah lumayanlah”. Alasan kedua adalah untuk mencegah kerugian ataupun bahaya yang lebih besar kalau sampai orang lain tahu. Misalkan saja ada ancaman bom di pesawat yang sedang terbang. Tentu saja, pilot yang mendapatkan kabar tidak akan mengumumkan alasan pendaratannya, demi menghindari kepanikan. Alasan ketiga, adalah untuk bermain-main ataupun untuk ngerjain orang. Misalkan orang dikerjain pada saat April Mop. Alasan keempat, adalah karena takut bahwa orang yang diberitahu, tidak akan bisa menerima faktanya sehingga terpaksa harus berbohong. Misalkan saja, seorag wanita yang menolak pria mengatakan, “Saya harus studi dulu. Kita temanan aja ya?”. Alasan keempat adalah untuk menyelamatkan diri, nah biasanya hal ini dilakuakan di pengadilan untuk mengindari hukuman. Dan alasan terkahir orang berbohong adalah untuk mendapatkan keuntungan diri. Biasanya, ini meyangkut kasus-kasus kriminal.
Degan memahami bahwa sebagian besar alasan kita berbohing adalah untuk pada ssat teracam dan untuk menghindari hukuman, maka dengan demikian kita sebenarnya bisa menyimpullkan dua hal penting. Pertama, semakin terancam seseorang, semakin khawatir dan merasa dirinya dalam posisi bahawa jika dirinya ketahuan dan terungkap, maka semakin besar pelunga seseorang untuk berbohong. Dan kedua, jika kita ingin orang berkata dan bicara dengan jujur, hal terpenting yang perlu kita ciptakan adalah membuat yang berbicara merasa aman dan kurang terancam, apalagi ia mengungkakan kejujurannya.
Nah berikutnya, bagaimanakah kita bisa mendeteksi kebohongan? Sebenarnya, ada dua teknik yang biasanya dipakai. Yakni, teknik umum dan teknik khusus. Dalam teknik umum, yang biasanya dinasihatkan kepada orang-orang awam adalah dengan mengenali baseline (kebiasaan normal) seseorang. Dengan teknik ini, disarankan untuk perhatikan kebiasaan orang tersebuat secara umum. Jika tiba-tiba rekasinya menjadi tidak normal seperti biasanya, maka seringkali menjadi indikasi orang tersebut mungkin menyembunyikan fakta sesuatu. Misalkan saja, seorang suami yang biasanya akan minta maaf kalau dirinya terlambat pulang tiba-tiba ditanya oleh istrinya, “Mengapa pulang terlambat Mas”. Namun, bukannya minta maaf seperti biasanya tetapi tiba-tiba di suami berteriak marah, “Kenapa sih suka nanya. Aku terlambat kan demi sesuap nasi buat kamu dan anakmu!”. Hal ini, memang tidak selalu berarti bahwa suami itu berbohong, tetapi menunjukkan bahwa ada kondisi dalam dirinya (biasa saja lagi punya masalah besar, ada situasi yang tidak ia ceritakan) yang membuatnya mengapa tiba-tiba bereaksi secara tidak wajar. Hal lainnya, yang sering jadi petunjuk umum orang yang menyembunyikan fakta adalah menghindari kontak mata, adanya perubahan suara sewaktu ditanya sehingga agak terbata-bata dengan banyak mengucapkan “ah…” serta “eh…”. Atau bahasa-bahaya tubuh yang menunjukkan adanya crossing misalnya menyilangkan jari ke muka, menutup mulut dengan jarinya. Ataupun, bisa saja adanya kontradisi dalam cerita dengan bahasa tubuh yang ditunjukkan misalkan saja ketika seseorang wanita berkata, “Saya telah melupakan laki-laki itu” tetapi, dalam ia sendiri mengucapkan kalimat itu dengan menangis.
Selin itu, ada pula teknik khusus yang konon biasanya diajarkan dalam pusat investigasi kepolisian. Paling tidak ada 5 hal yang penting dikuasai. Misalkan ada teknik zoom, teknik corong (funnel), teknik matching, teknik analisa percakapan hingga teknik intergogasi. Yang jelas, sebelum kita belajar teknik ini ada dua peringatan keras yang perlu kita waspadai. Pertama, janganlah cepat membabi buta menerapkan teknik ini dengan cepat label berbohing orang gara-gara melihat perilaku tertentu. Misalkan bisa saja orang memang sedang gatal! Serta jangan curiga duluan. Biasanya, kalau Anda sudah curiga bahwa orang bohong maka, apapun yang dilakukannya akan kita sikapi dengan sinis. Inilah yang harus Anda hindari waktu belajar deteksi kebohongan.
Akhirnya, mari kita belajar untuk lebih peka terhadap orang yang berbohong kepada kita dengan harapan agar kita tidak mudah tertipu. Serta, di sisi lain, setelah kita curiga bahwa kita telah ditipu, kita bisa memutuskan apa yang akan kita lakukan. Seperti kata seorang ahli deteksi kebohongan, “Yang paling kasihan adalah ketika orang sudah punya intuisi bahwa ia ditipu tetapi masih membiarkan dirinya ditipu mentah-mentah. Lantas setelah penipuan itu terbongkar, berkatalah dirinya “Saya sebenarnya sudah curiga ia mau menipu saya, tapi mengapa saya membiarkan diri saya ditipu mentah-mentah?”
Teknik Khusus Deteksi Kebohongan
(1) Teknik Zoom: perhatikan dengan seksama petunjuk-petunjuk kebohongan dari micromuscle (gerakan bahasa tubuh yang kecil). Misal: mengatupkan bibir, banyak menelan ludah, menghindari kontak mata, menutup mulut dengan jari, menyembunyikan tangan, menggaruk-garukkan leher ataupun kepala meskipun tidak gatal, dll
(2) Teknik Corong: pasang kuping dan dengarkan apa yang dikatakan dan juga tidak dikatakannya. Misalkan: orang yang bersumpah dan berlebihan bahwa ia tidak bohong, orang yang menghindari pertanyaan dan muter-muter, banyak ah-eh, terbata-bata, perubahan ritme dan intomasi, serak waktu menjawab, dll
(3) Teknik Matching: coba perhatikan apa yang tidak cocok, tidak paralel antara apa yang diucapkan dengan apa yang ditunjukkan, missal: bilang sedih tetapi tidak ada petunjuk kesedihan, bilang tidak apa-apa tetapi rahangnya mengatup seperti orang marah, dll
(4) Teknik Analisa Percakapan: teknik ini untuk menganalisa konsistensi antara satu kalimat dengan kalimat yang lainnya. Misalkan ia bercerita bahwa “Saya tidur siang jadi tidak tahu bahwa pencurinya masuk dari jendela”,padahal tidak diceritakan bahwa pencurinya masuk dari jendela (jadi darimanakah ia tahu?). Maka, dengan analisas detil percakapan, seorang bisa ketahuan jika berbohong.
(5) Teknik Interogasi: dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mengetahui konsistensi dan kebenarana. Seorang yang berbohong, biasanya jika ditanya bolak-balik maka akan jadi sulit. Termasuk misalnya jika diminta bercerita terbalik. Misalkan jika ia biasa bercerita kronologis dari A sampai Z. Sekarang minta ia cerita terbalik dari Z ke A. Biasanya, orang yang berbohong sudah siap kisahnya dari A sd Z, tapi diminta terbalik, biasanya akan lebih tergagap.