ELT & PLT Partner Trainer Meeting, “Jurus Jitu Menulis Buku”, Jakarta Peb.2013
Banyak orang yang sering menulis, tapi sedikit orang yang menjadi penulis, terutama penulis buku. Bagi para trainer atau pengajar akan lebih lengkap jika apa yang diajarkan tertulis didalam buku karangannya sendiri, tetapi banyak trainer yang bingung harus mulai dari mana dan harus gimana untuk menulis buku. Sehingga rekan-rekan dari MiniWorshopSeries Indonesia mengundang para alumni ELT dan PLT untuk bergabung bersama para penulis hebat dalam ELT & PLT Partner Trainer Meeting untuk belajar dan mendengar sharing dari para penulis bagaimana mereka dapat membuat buku, bahkan ada yang sudah lebih dari 10 buku! Dan yang menarik adalah para penulis handal tersebut merupakan alumni dari peserta ELT dan PLT juga ingin membagikan “Jurus Jitu Menulis Buku”.
Sharing “Jurus Jitu Menulis Buku” diadakan pada tanggal 23 Pebruari 2013 bertempat di Apartement Boulevard dan dihadiri sekitar 25 rekan-rekan ELT dan PLT ini berjalan sangat meriah, dimulai dengan ramah tamah yang mempertemukan rekan ELT PLT tiap angkatan, dan banyak dari para peserta yang berbagi pengalaman setelah mengikuti kelas ELT dan PLT.
Sebelum jurus-jurus menulis dibagikan, para peserta dibagikan buku “Suara Pemimpin” untuk menambah semangat para peserta. Bpk. Thomas Kristo sebagai penulis buku tersebut tidak hanya membagikan buku tulisan beliau, namun juga berbagi pengalaman bagaimana beliau yang latar belakang pendidikan tidak ada hubungannya dengan apa yang beliau tulis toh akhirnya buku tersebut dapat ter-publish-kan. Bagaimana perjuangan dengan penuh “keajaiban” membuat bpk. Thomas sampai sekarang sudah menelurkan lebih dari 3 buku dan kedepannya akan terus bertambah.
Jurus pertama dibagikan oleh bpk. Eka Wartana, jurus menulis buku dengan cara MindWeb-nya. Bpk. Eka membagikan bagaimana menulis buku dengan mencoba menghubungkan ide utama buku tersebut dengan berbagai factor lain dan semuanya itu dikumpulkan dengan cara MindWeb. Beliau membuktikan bahwa apa yang beliau tuliskan dalam buku tersebut (MindWeb) dapat digunakan kedalam semua aspek kehidupan termasuk ketika akan menulis buku. Dengan konsep mikir tanpa mikir membuat para peserta merasa ternyata menulis buku tidak sesulit yang dibayangkan.
Jurus kedua dibagikan oleh bpk. Soegi Tan atau yang lebih dikenal dengan Fun Master. Bp. Soegi lebih melihat dari sisi Mimpi! Beliau membuka jurus kedua dengan pertanyaan “Siapa yang punya rencana untuk menulis?”, dan sontak semua peserta mengangkat tangan tanda mereka juga punya rencana menulis buku. Bpk. Soegi sharing bagaimana buku Master 18 dapat tercipta dengan baik. Pada awalnya beliau mempunyai 3 MIMPI yang harus segera dicapai, dan salah satunya adalah menulis buku! Memang kekuatan mimpi ini mampu membuat beliau menyisihkan kegiatan yang selama ini beliau senangi setiap malam demi beristirahat untuk mencari ide dan menuliskannya. Namun memang beliau mengakui bahwa tidak mudah, banyak tantangan yang menghadang didepan, salah satunya adalah ketika ide itu berhenti dan habis! Tetapi satu moment membuat beliau mempunyai sudut pandang yang baru tentang menulis, sebelumnya bpk. Soegi menganggap menulis itu adalah TUNTUTAN namun sekarang mindset tersebut berubah menjadi bukan tuntutan lagi, dan bpk. Soegi ternyata lebih menikmati dan ide itupun mengalir dengan sendirinya. Jurus inipun ditutup dengan “sulap” yang menunjukan bahwa ketika awal kita akan menulis, semuanya hanya kertas putih, namun ketika kita mulai menulis, kertas itu pun lama kelamaan akan mulai terisi tulisan hitam putih, dan ketika kita mencoba menikmati proses menulis itu pun kerta itu tidak Cuma berisi tulisan hitam putih namun mulai muncul warna warni yang semakin terlihat indah.
Jurus ketiga dibagikan oleh penulis yang sudah tidak diragukan lagi, sudah lebih dari 11 buku sudah beliau tulis yaitu Bpk. Timoteus Talip. Beliau membagikan latar belakang hampir semua buku yang beliau sudah tulis. Seperti buku pertama beliau yang menurut beliau sendiri susunan dari bahasa dan kata-katanya masih “amburadul”, namun anehnya buku tersebut tetap mendapat predikat best seller dan dicetak lebih dari 2 kali. Latar belakang buku pertama tersebut lebih kepada curahan hati beliau dengan atasaannya waktu itu, dan memang apa yang beliau rasa pada saat itu masih relevan dengan saat ini, buktinya ada beberapa kejadian yang menjadikan buku tersebut sebagai “senjata” untuk menunjukan sisi lemah dari atasan oleh beberapa orang dan kalangan. Memang karena unsur Emosi ini menjadi jurus ketiga yang dibagikan, unsur emosi ini juga ternyata yang melatar belakangi beliau memberanikan diri untuk menulis buku dan menyebarkannya kekalangan umum. Karena sejak dulu bpk. Talip memang sudah menjadi juaranya menulis se-BCA (tempat beliau bekerja), dan ada beberapa teman yang menantangnya untuk keluar “kandang” kalau memang sungguh-sunggu jago.
Yang menarik dari bpk. Talip ini salah satunya adalah semua keuntungan yang didapat dari penjualan bukunya semua disalurkan untuk kegiatan social. Karena memang prinsip beliau adalah hidup untuk berbagi, dan dengan berbagi beliau tidak kekurangan justru berlimpah.
Beliau mengakhiri jurus ketiga dengan tips untuk menulis buku, yaitu : KTP
Kesabaran ; dalam menulis dibutuhkan kesabara ekstra
Time ; butuh juga pengorbanan waktu, kadang keluarga menjadi korban karena kesibukan menulis,
Personal Branding : hal ini dibutuhkan untuk meningkatkan daya Tarik buku kita kepada masyarakat, beliau memakai istilah “Silent Motivator no.1”
Pertemuan hari ini pun ditutup dengan Tanya jawab dari peserta kepada semua nara sumber yang hadir, dimulai dari pertanyaan ibu Silvie yang menanyakan bahwa dirinya banyak sekali ide, namun masih bingung untuk memulai menulis. Ada beberapa jawaban dari nara sumber antara lainbu Silvie disarankan untuk mencoba mengelompokan ide-ide tersebut dan mencari benang merahnya, kemudian bisa juga menjadi penulis lain untuk dapat berkolaborasi dengan beliau, atau dengan menyewa jasa gosh writer untuk membantu menuangkan ide kedalam tulisan.
Pertanyaan selanjutnya dari bp. Surya, beliau bertanya bagaimana mempertahaankan passion untuk menjadi penulis? Missal ketika ditolak mentah-mentah oleh penerbit, bagaimana kita menumbuhkan kembali passion tersebut? Menurut bp. Talip ; coba cari tahu dulu, ketika kita menulis, tujuannya untuk apa?? Klo memang hanya sekedar untuk materi maka akan sulit, sehingga perlu dilihat lagi tujuan utamanya. Kemudian bisa juga dengan bergaul dengan sesama penulis, hal ini dapat meningkatkan minat dan semangat untuk menulis.
Pertanyaan berikut dari Ibu Regina; beliau bertanya bagaimana kalau sudah selesai menulis, apa yang bisa dilakukan?? Beberapa narasumber menyarankan untuk menghubungi penerbit apakah tulisan tersebut layak untuk diterbitkan, namun alahkan baiknya jika sebelum ke penerbit tulisan itu coba diserahkan kepada teman yang mengerti tentang editing, dan tanyakan pendapatnya.
Kemudian disela-sela pertanyaan tersebut bapak Martin mempersilahkan ibu Xandra dan Bpk. Rudi untuk menceritakan tentang bukunya masing masing. Ibu Xandra bercerita bahwa buku puisi milih beliau ditulis dan dipublish dengan bantuan rekannya, atau sering disebut dengan self-publishing. Sedangkan bp. Rudi bercerita bahwa bukunya sendiri merupakan kumpulan dari kebaikan-kebaikan buku dan orang lain yang dikumpulkan menjadi satu dan dijadikan sebuat buku.
Dan sebelum bpk. Martin menutup sesi kali ini, bpk Eka dan bpk. Thomas mendapat kejutan kue ulang tahun dari team MWS, dan bersama-sama menyanyikan lagu selamat ulang tahun dan pemotongan kue.
Acara diakhiri dengan bpk. Martin memberikan tips terakhir untuk dapat mulai menulis buku yaitu :
Buat fishbone terlebih dahulu, cari inti atau tema buku tersebut dan jadikan sebagai kepala ikan, dan dari tulang-tulangnya silahkan isi dengan ide-ide yang mendukung tema utama. Disarankan tidak menulis buku dengan cara menulis dari bab 1 kemudian 2 kemudian 3 dan seterusnya, tetapi silahkan dari cabang tulang-tulang tersebut di breakdown dan dijelaskan. Sehingga ketika satu ide berhenti, maka bisa langsung lanjut ke ide/tulang lain. Kalau system 1-2-3, jika ide di bab 2 berhenti maka tidak bisa lanjut ke bab 3 dan seterusnya.
Cara membuat buku paling gampang adalah menyatukan artikel-artikel atau ide-ide yang kita tulis kedalam satu buku, dan ide-ide tersebut tidak harus selalu saling berhubungan.
Networking itu sangat penting, terutama dengan penulis lain dan dengan penerbit tentunya. Jangan takut untuk ditolak, karena kalau kita punya networking dengan penerbit kita akan tau bahwa sebenarnya mereka sedang miskin naskah, jadi jangan takut untuk menulis.
Besar harapan kedepan para peserta ELT PLT ini dapat menulis dan setidaknya menelurkan satu buku untuk dapat meninggalkan ide dan gagasannya kepada anak cucu kita.
SEMANGAT MENULIS dengan JURUS-JURUS MENULIS!!